MOTIVASI
Motivasi adalah keinginan
untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan
kebutuhan individu. Suatu kebutuhan, dalam terminologi berarti suatu kekurangan
secara fisik atau psikologis yang membuat keluaran tertentu terlihat menarik.
Hubungan Antara Motivasi dan Perilaku
Hubungan antara
motivasi dan perilaku dapat terwujud dalam 6 variasi, yaitu:
1. Perilaku
hanya dilandasi oleh sebuah motivasi
2. Perilaku
dapat dilandasi oleh beberapa motivasi
3. Perilaku yang
sama dapat dilandasi oleh motivasi yang sama
4. Perilaku yang
sama dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda
5. Perilaku yang
berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang sama
6. Perilaku yang
berbeda dapat dilandasi oleh motivasi yang berbeda
Teori motivasi dibagi menjadi 2 yaitu teori
motivasi klasik dan teori motivasi kontemporer.
Teori motivasi klasik terdiri dari:
1.
Teori Kebutuhan
Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki
lima tingkat kebutuhan hidup. Kebutuhan tersebut berjenjang dari yang paling
mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya
telah dipenuhi.
1. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah
: Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis
seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti :
Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari
teror, dan semacamnya.
3. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah :
Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan
lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan
Dalam kategori
ini dibagi menjadi dua jenis, Eksternal dan Internal.
- Sub kategori
eksternal meliputi : Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi
lainnya.
- Sedangkan sub
kategori internal sudah lebih tinggi dari eskternal, pribadi tingkat ini tidak
memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan
dalam hidupnya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
· Memusatkan diri pada realitas
(reality-centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat
persoalan secara jernih, bebas dari bias.
· Memusatkan diri pada masalah
(problem-centered), yakni melihat persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu
dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
· Spontanitas, menjalani kehidupan secara
alami, mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
· Otonomi pribadi, memiliki rasa puas
diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian dan menikmati hubungan
persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat mendalam.
· Penerimaan terhadap diri dan orang
lain. Mereka memberi penilaian tinggi pada individualitas dan keunikan diri
sendiri dan orang lain. Dengan kata lain orang-orang yang telah beraktualisasi
diri lebih suka menerima anda apa adanya ketimbang berusaha mengubah anda.
· Rasa humor yang ‘tidak agresif’
(unhostile). Mereka lebih suka membuat lelucon yang menertawakan diri sendiri
atau kondisi manusia secara umum (ironi), ketimbang menjadikan orang lain
sebagai bahan lawakan dan ejekan.
· Kerendahatian dan menghargai orang lain
(humility and respect)
· Apresiasi yang segar (freshness of
appreciation), yakni melihat sesuatu dengan sudut pandang yang orisinil,
berbeda dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang membuat orang-orang yang
telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang kreatif dan mampu
menciptakan sesuatu yang baru.
2.
Teori X dan Y
Asumsi Teori X
v Asumsi yang dimiliki manajer dalam teori X
v Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin
berusaha untuk menghindarinya.
v Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan. Mereka harus dipakai,
dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
v Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah
formal, dimana ini adalah asumsi ketiga.
v Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain
terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.
Asumsi Teori Y
v Para karyawan memandang pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat
dan bermain.
v Seseorang yang memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan
pengarahan dan pengendalian diri.
v Seseorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan
mencari tanggung jawab.
v Kreatifitas yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang baik
didelegasikan kepada karyawan secara luas dan tidak harus berasal dari orang
yang berada dalam manajemen.
3.
Teori Dua Faktor (Frederick
Herzbergs)
Teori dua faktor terbagi bagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Faktor kebersihan
(higiene faktor), adalah faktor pekerjaan mereka yang penting adanya motivasi
ditempat kerja. Ini tidak mengarah positif untuk jangka panjang. Tetapi jika
faktor ini tidak ada ditempat kerja mereka, maka menyebabkan ketidak puasan
bagi pekerja. Dengan kata lain faktor kebersihan adalah faktor-faktor yang
wajar dalam pekerjaan, menenangkan karyawan dan tidak membuat mereka puas.
Faktor higiene juga disebut sebagai dissatisfiers atau faktor pemeliharaan
seperti yang diperlukan untuk menghindari ketidak puasan. Faktor-faktor ini
menggambarkan lingkungan kerja. Faktor kebersihan melambangkan kebutuhan
fisiologis dimana yang diinginkan individu dan yang diharapkan individu
terpenuhi.
Faktor higienis meliputi :
v Bayaran atau struktur gaji harus sesuai dan masuk akal. Ini harus
sama dan kompetitif dengan industri yang sama di domain yang sama.
v Kebijakan perusahaan dan administrasi kebijakan perusahaan tidak
boleh terlalu kaku. Harus adil dan jelas. Ini harus mencakup jam kerja, pakaian
kerja, istirahat, liburan, dan lain sebagainya.
v Tunjangan, para karyawan harus diberikan rencana perawtan kesehatan,
manfaat bagi anggota keluarga, program bantuan karyawan dan lain sebagainya.
v Kondisi fisik tempat kerja, kondisi tempat kerja harus aman, bersih,
higienis, peralatan kerja harus diperbaharui dan dilakukan perawatan.
v Status, status karyawan dalam organisasi harus akrab dan
dipertahankan.
v Hubungan interpersonal, hubungan antar karyawan dengan atasan dan
bawahannya harus sesuai dan dapat diterima(harmonis), seharusnya tidak ada konflik dan tidak ada
penghinaan antar karyawan.
v Keamanan dalam bekerja, organisasi harus memberikan keamanan setiap
karyawan dalam melakukan tugas-tugasnya.
b. Faktor motivasi. Menurut Herzbergs, faktor higienis tidak dapat dianggap sebagai faktor motivator.
Faktor motivasi menghasilkan kekuatan positif, faktor-faktor ini melekat untuk
bekerja. Faktor ini memotivasi para karyawan untuk memberikan kinerja yang
optimal bagi organisasi.
Kekurangan dari teori dua faktor :
a. Teori dua faktor
mengabaikan variabel situasional.
b. Herzbergs
mengasumsikan hubungan antara kepuasan
dan produktivitas. Namun penelitian yang dilakukan Herzbergs
menekankan pada kepuasan dan mengabaikan produktivitas.
c. Keadaan teori tersebut
tidak pasti. Analisi harus dibuat oleh penilai. Para penilai dapat merusak
temuan dengan menganalisi respon yang sama dengan cara yang berbeda.
d. Tidak ada ukuran
komprehensip kepuasan yang digunakan. Seorang karyawan mungkin menemukan
pekerjaannya dapat diterima meskipun fakta bahwa ia mungkin membenci bagian
dari pekerjaannya.
e. Teori ini mengabaikan
pekerjaan kasar, meskipun keterbatasan ini, teori dua faktor Herzbergs dapat
diterima secara luas.
Sedangkan, teori motivasi kontemporer terdiri dari atas, yaitu:
1.
Teori ERG
Teori ERG, atau disebut juga Teori Motivasi
Clyton Alderfer, merupakan singkatan dari 3 istilah, yaitu E= Existence, R = Relatedness, dan G = Growth.
Secara konseptual terdapat persamaan
antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer, “Existence”
dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama (basic needs) dan kedua (safety needs) dalam teori
Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga (social needs)
dan keempat (esteem needs) menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna
sama dengan “self actualization” menurut Maslow.
Keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila
kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan. Sebaliknya, semakin sulit
memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk
memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar terlebih dahulu.
2. Teori Penguatan (Reinforcement)
Teori Penguatan
adalah teori di mana perilaku merupakan sebuah fungsi dari
konsekuensi-konsekuensinya jadi teori tersebut mengabaikan keadaan batin
individu dan hanya terpusat pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia
melakukan tindakan. Teori terlebih
dahulu menggunakan penggunaan kognitif menyatakan bahwa tujuan individu akan
mengarahkan tindakannya. Dalam teori reinforcement kita memiliki pendekatan
perilaku yang menyatakan bahwa reinforcement membentuk suatu perilaku. Dua
teori tersebut jelas bertentangan secara filosofis para ahli reinforement
melihat perilaku sebagai akibat dari lingkungan peristiwa kognitif internal
bukan masalah yang perlu diperhatikan. Yang mengendalikan perilaku adala
reinforcer yakni setiap konsekuensi terhadap tanggapan yang diberikan,
meningkatkan kemungkinan diulanginya perilaku tersebut.
Teori reinforcement mengabaikan kondisi dalam diri individu dan
berkonsentrasi semata-mata hanya pada apa yang terjadi pada seseorang
ketikamerangsang perilaku dari dalam, dan memberikan alat analisis yang tajam
kepada faktor-faktor yang mengendalikan suatu perilaku.
3. Teori Harapan (Expectancy)
Teori harapan / expectancy ini didasarkan
pada 3 hal, yaitu
:
·
Harapan (Expectancy) .yaitu
bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau
suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang.
·
Nilai (Valence) yaitu respon
terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negative.
·
Pertautan (Instrumentality)
yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan
suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
4. Teori Penetapan Tujuan (Goal setting)
Teori ini menunjukkan adanya keterkaitan
antara tujuan dan kinerja seseorang terhadap tugas.Tujuan yang spesifik dan
sulit akan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada tujuan yang mudah. Teori ini mengemukakan
bahwa dalam penetapan tujuan memiliki 4 macam mekanisme motivasional, yaitu :
·
Tujuan-tujuan mengarahkan
perhatian
·
Tujuan-tujuan mengatur upaya
·
Tujuan-tujuan meningkatkan
persistensi
·
Tujuan-tujuan menunjang
strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
5.
Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori equity pada intinya adalah bahwa bila karyawan
merasakan suatu ketidakadalian mereka dapat membuat suatu atau lebih dari lima
pilihan tersebut :
1.
mengubah
input atau outcome mereka ataupun orang lain
2.
berperilaku
sedemikian rupa sehingga menyebabkan orang lain mengubah input atau outcome
mereka
3.
berperilaku
sedemikian rupa untuk mengubah input atau outcome mereka
4.
memilih acuan
perbandingan yang berbeda
5.
keluar dari
pekerjaan mereka
Secara khusus teori
tersebut menetapkan 4 dalil yang berkaitan dengan penggajian yang tidak adil,
yaitu:
·
pembayaran
diberikan berbasis waktu, karyawan yang diberikan pernghargaan yang lebih akan
berproduksi lebih banyak daripada karyawan yang dibayar menurut standar
·
pembayaran
menurut kuantitas produksi, karyawan yang diberi penghargaan yang lebih akan
memproduksi lebih sedikit unit namun berkualitas tinggi daripada karyawann yang
dibayar menurut standar
·
pembayaran
menurut waktu, karyawan yang diberi penghargaan kurang akan menghasilkan
kualitas output yang lebih sedikit atau lebih buruk
·
pembayaran
menurut kuantitas produksi, karyawan yang diberi penghargaan kurang akan
memproduksi sejumlah besar unit yang berkualitas rendah dibanding dengan
karyawan yang dibayar menurut standar
6. Teori Kebutuhan (McClelland)
6. Teori Kebutuhan (McClelland)
Teori ini
berfokus pada 3 kebutuhan (3N):
1. Kebutuhan akan Prestasi (Need of
Achievement) : dorongan untuk unggul, berprestasi berdasar standar untuk
bekerja keras supaya sukses.
2. Kebutuhan akan kekuasaan (Need of
Power): kecenderungan menikmati kekuasaan, bertarung untuk dapat mempengaruhi
orang lain, berorientasi pada status, dan gengsi.
3. Kebutuhan akan kelompok pertemanan (Need
for Affiliation): cenderung menyukai situasi yang kooperati daripada situasi
kompetitif, dan menginginkan hubungan dengan derajat timbal balik yang tinggi.
Motivasi: Dari
Konsep ke Penerapan
Management by Objectives (MBO)
Suatu program yang
menetapkan sasaran meliputi partisipatif berwujud, dapat diperiksa
kebenarannya.
MBO dengan teori Goal-Setting
Didasarkan pada
tujuan-tujuan perusahaan, secara berurutan disusun tujuan untuk divisibahkan
sampai satuan kerja yang terkecil untuk penetapan sasaran kerja untuk setiap
karyawan dalam waktu tertentu.
Program Pengakuan Karyawan
Pengakuan
karyawan adalah bentuk perhatian pribadi, penunjukan apresiasi atas pekerjaan
yang dilakukan dengan baik kepada karyawan.
Berdasarkan
teori penguatan (Reinforcement), memberikan imbalan atau pujian pada karyawan
ada bermacam-macam, misalnya: memberi sambutan atau kata-kata yang membangun,
mengirim catatan atau e-mail yang positif, dan sebagainya.
4 Bentuk
keterlibatan karyawan:
a. Manajemen
Partisipatif: proses dimana bawahan ikut berpartisipasi mengambil keputusan
untuk memberikan masukan pada atasannya.
b. Manajemen representative:
menempatkan posisi uruh setara dengan manajemen dan pemegang saham.
c. Lingkaran
mutu: kelompok kerja yang terdiri dari beberapa karyawan yang membahas masalah,
solusi, dan tindakan yang harus dilakukan di masa depan.
d. Rencana
kepemilikan saham karyawan: rencana tunjangan yang direncanakan perusahaan
dimana karyawan memperoleh sebagian dari tunjangan tersebut
Program Upah Variabel
Beberapa macam
program upah variable: upah per unit yang dihasilkan karyawan, intensif, upah,
bonus.
Keuntungan Flexible
Hal ini
memungkinkan karyawan untuk memilih dan mengambil keuntungan sesuai dengan
kebutuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar