Rabu, 19 Maret 2014

EMOTION, MOOD, AND PERSONALITY




EMOTION, MOOD, AND PERSONALITY


http://www.goodtherapy.org/blog/blog/wp-content/uploads/2012/10/feeling-faces1.jpgApakah Afeksi, Emosi, dan Suasana Hati?
Afeksi adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Afeksi merupakan sebuah konsep yang meliputi baik emosi maupun suasana hati. 
Emosi adalah perasaan-perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu.
Suasana Hati adalah perasaan-perasaan yang cenderung kurang intens dibanding emosi dan seringkali tanpa rangsangan kontektual.

Kumpulan Dasar Emosi
Rene Descartes menyebutkan enam “nafsu sederhana dan primitive”, yaitu rasa kagum, cinta, benci, hasrat, gembira, dan sedih. Namun beberapa peneliti berargumen bahwa tidak masuk akal untuk memikirkan emosi-emosi dasar karna emosi lain yang jarang kita alami juga dapat berpengaruh sangat kuat pada kita.
Dalam penelitian kontemporer, psikolog telah mencoba mengidentifikasi emosi-emosi dasar dengan mempelajari berbagai ekspresi wajah. Salah satu masalah dari pendekatan ini adalah, beberapa emosi terlalu kompleks untuk diekspresikan melalui wajah. Sedikit kemungkinan para psikolog atau filsuf akan bisa sepenuhnya sependapat. Tetapi cukup banyak peneliti yang masih setuju pada enam emosi dasar universal, bahkan mengurutkannya dalam sebuah rangkaian kesatuan, yaitu bahagia, terkejut, takut, sedih, marah, benci. Semakin dekat dua emosi terhadap emosi lainnya dalam rangkaian ini, semakin besar kemungkinan dapat dibedakan.

Poin dari “Do Emotions Make Us Irrasional?”
1.      Mengekspresikan emosi ke publik dapat merusak status sosial
2.      Emosi sangat penting untuk pengambilan keputusan rasional
3.      Emosi membantu kita memahami dunia di sekitar kita

Suasana Hati sebagai Afek Positif dan Negatif
Salah satu cara mengklasifikasikan emosi adalah berdasarkan apakah hal itu positif atau negatif. Bila emosi dikategorikan menjadi dua kelompok positif dan negatif, maka akan menjadi suasana hati. Sebab sekarang ini, emosi dipandang lebih umum. Perhatikan Srtuktur Suasana Hati. Jadi kita bisa menganggap. Afek Positif sebagai sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas emosi-emosi positif seperti kesenangan, ketenangan diri, dan kegembiraan pada ujung tinggi dan kebosanan, kemalasan, dan kelelahan pada ujung rendah. Afek Negatif adalah sebuah dimensi suasana hati yang terdiri dari keggupan, stres, dan kegelisahan pada ujung tinggi, serta relaksasi, ketenangan, dan keseimbangan pada ujung rendah.

Sumber-sumber Emosi dan Suasana Hati
a.      Kepribadian
Kepribadian memberi kecenderungan kepada orang untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu. Beberapa orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami emosi apapun secara lebih intens. Orang-orang seperti itu memiliki intensitas efek yang tinggi. Intensitas Efek yaitu perbedaan individual dalam hal kekuatan dimana individu-individu mengalami emosi mereka.
b.      Hari dalam Seminggu dan Waktu dalam Sehari
Sebagian besar orang berada di tempat kerja atau sekolah pada hari Senin-Jum’at. Dengan demikian, sebagian besar orang akan memanfaatkan akhir minggu untuk bersantai dan bersenang-senang. Berarti bahwa orang-orang berada pada suasana hati terbaik di akhir minggu, dan orang-orang cenderung berada dalam suasana hati terburuk di awal minggu.
http://thebsreport.files.wordpress.com/2013/02/tgif1.gif?w=500
c.       Cuaca
http://www.dannyst.com/wp-content/uploads/bad-weather-2-3.jpgBanyak orang percaya bahwa suasana hati mereka berhubungan dengan cuaca. Tetapi bukti menunjukkan bahwa cuaca memiliki sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Korelasi ilusif menjelaskan mengapa orang-orang cenderung berpikir bahwa cuaca yang menyenangkan meningkatkan suasana hati mereka. Korelasi ilusif merupakan kecenderungan orang-orang untuk mengasosiasikan dua kejadian yang pada kenyataannya tidak memiliki sebuah korelasi.

d.      Stres
Stress memengaruhi emosi dan suasana hati. Di tempat kerja, kejadian sehari-hari yang menimbulkan stress, juga pengaruh dari stress yang tertumpuk dari waktu ke waktu, secara negative memengaruhi suasana hati karyawan. Tingkat stress dan ketegangan yang menumpuk di tempat kerja dapat memperburuk suasana hati karyawan, sehingga menyebabkan mereka mengalami lebih banyak emosi negatif. Walaupun kadang kita mencoba mengatasi stress, namun sebenarnya stress mulai memengaruhi suasana hati kita.
e.       Aktivitas Sosial
Penelitian mengungkapkan bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal, atau Epicurean (makan bersama orang lain) lebih diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana yang positif dibandingkan kejadian-kejadian formal.
f.       Tidur
Kualitas tidur mempengaruhi suasana hati. Satu dari alasan mengapa tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk pengambilan keputusan dan membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.
g.      Olahraga
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan suasana hati positif, tetapi tampaknya berpengaruh kuat terhadap mereka yang mengalami depresi.
h.      Usia
Suatu penelitian terhadap orang-orang yang berusia 18 hingga 94 tahun mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknya semakin jarang terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. Bagi seseorang yang lebih tua, suasana hati positif yang tinggi bertahan lebih lama dan suasana hati yang buruk menghilang dengan lebih cepat.
i.        Gender
Sudah menjadi keyakinan umum bahwa wanita lebih menggunakan perasaan mereka dibandingkan pria—bahwa mereka bereaksi lebih secara emosional dan mampu membaca emosi orang lain dengan lebih baik. 

Kerja Emosional
Kerja emosional adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat kerja.

Emosi yang Dirasakan versus Emosi yang Ditampilkan
Emosi yang dirasakan adalah emosi sebenarnya dari seorang individu. Emosi yang ditampilkan adalah emosi-emosi yang diharuskan secara organisasional dan dianggap sesuai dalam sebuah pekerjaan tertentu. Berpura-pura dipermukaan adalah menyembunyikan perasaan mendalam seseorang dan menghilangkan ekspresi-ekspresi emosional sebagai respons terhadap aturan-aturan penampilan. Berpura-pura secara mendalam adalah berusaha mengubah perasaan mendalam seseorang berdasarkan aturan-aturan penampilan.

Teori Peristiwa Afektif
Teori peristiwa afektif (AET) adalah sebuah model yang menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa di tempat kerja menyebabkan reaksi-reaksi emosional di bagian karyawan, yang kemudian mempengaruhi sikap dan perilaku di tempat kerja.
http://www.emeraldinsight.com/fig/1602_10_1016_S1746-9791_08_04005-4.png

 Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional berarti kemampuan seseorang mendeteksi dan mengelola petunjuk-petunjuk serta informasi emosional. Individu-individu yang memiliki kecerdasan emosional akan menjadi individu yang efektif di dalam melakukan pekerjaan.

1. Kasus-kasus yang Mendukung Kecerdasan Emosional
a.       Daya tarik intuitif
Sebagian besar orang setuju bahwa memiliki kecerdasan jalanan dan kecerdasan sosial itu bagus. Jadi individu yang mampu mendeteksi emosi individu lain, mengendalikan emosinya sendiri, dan menangani interaksi sosial dengan baik, merupakan individu yang akan bertahan lama di dalam dunia bisnis. Contohnya: para rekanan dalam sebuah perusahaan multinasional yang mempunyai nilai di atas rata-rata ukuran kecerdasan emosional menghasilkan $1,2 juta lebih banyak dalam bisnis ketimbang rekanan-rekanan lainnya.
b.      Kecerdasan emosi meramalkan kriteria yang penting
Law dkk (2004) menyatakan bahwa kecerdasan emosi dapat meramalkan kinerja karyawan dalam sebuah pabrik rokok di Cina. Van Rooy and Viswesvaran (2004) membuktikan ada 59 penelitian mengindikasikan bahwa secara komprehensif kecerdasan emosi berhubungan secara moderat dengan kinerja pekerjaan. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas maka memberikan bukti kuat bahwa kecerdasan emosi tingkat tinggi mempengaruhi kinerja seseorang menjadi lebih baik dalam pekerjaannya.
c.       Kecerdasan emosi berbasis biologis
Penelitian yang dilakukan oleh Bar-On dkk (2003) menunjukkan bahwa orang-orang dengan kerusakan otak yang mengatur pemrosesan emosional memiliki nilai signifikansi yang rendah pada tes kemampuan emosi. Kemampuan emosi berbasis secara neurologi yang tidak berhubungan dengan ukuran-ukuran kecerdasan standar dan orang-orang yang menderita kerusakan neurologi tersebut memiliki nilai rendah pada kecerdasan emosi dan membuat keputusan yang lebih buruk dibandingkan orang-orang yang mampu berpikir sehat.

2.      Kasus-kasus yang Menentang Kemampuan Emosi
a.       Kecerdasan emosi merupakan konsep yang samar
Masih banyak peneliti yang tidak jelas dengan maksud konsep kecerdasan emosi. Perbedaan fokus peneliti menyebabkan sulitnya mendefinisikan kecerdasan emosi. Locke (2005) menyatakan bahwa konsep kecerdasan emosi menjadi sangat luas dan komponen-komponennya sangat beragam sehingga...hal tersebut bahkan bukan lagi merupakan sebuah konsep kecerdasan
b.      Kecerdasan emosi tidak dapat diukur
Banyak kritik mengenai kecerdasan emosi dan menimbulkan pertanyaan tentang pengukuran kecerdasan emosi. Misalnya, terdapat satu ukuran meminta Anda untuk mengasosiasikan perasaan tertentu dengan warna tertentu, seperti warna hijau selalu membuat kita merasa sejuk, bukan merasa marah. Conte (2005) menyatakan bahwa ukuran-ukuran kecerdasan emosi sangat bervariasi dan para peneliti belum menjadikan hal ini sebagai subjek penelitian yang diteliti seperti ketika mengukur kepribadian dan kecerdasan umum.
c.       Validitas kecerdasan emosi masih dipertanyakan
Decker (2003) menyatakan bahwa kecerdasan emosi sangat berhubungan dengan ukuran-ukuran kepribadian, khususnya stabilitas emosional.  Namun belum ada cukup riset mengenai apakah kecerdasan emosi  menambah wawasan melampaui ukuran-ukuran kepribadian dan kecerdasan umum dalam meramalkan kinerja pada pekerjaan.

Aplikasi-Aplikasi Perilaku Organisasi Terhadap Emosi Dan Suasana Hati
1.      Seleksi
Ada satu bukti kecerdasan emosi bahwa para pemberi kerja harus mempertimbangkan kecerdasan emosi sebagai salah satu faktor dalam proses perekrutan karyawan. Contohnya angkatan udara di USA. Ditemukan bahwa para perekrut terbaik mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi. Calon yang direkrut jika mempunyai kecerdasan emosi tinggi kemungkinan 2,6 kali lebih berhasil ketimbang yang tidak mempunyai kecerdasan emosi atau kecerdasan emosinya rendah (Spencer, dkk, 1997).
2.      Pengambilan Keputusan
Sekarang ini juga terdapat bukti bahwa orang yang tertekan akan membuat keputusan yang lebih buruk daripada orang yang tidak tertekan. Sebab orang yang tertekan akan lebih lambat dalam memproses informasi dan cenderung mempertimbangkan semua pilihan yang ada daripada pilihan yang sangat mungkin diambil (Ambady dan Gray, 2002). Emosi yang positif dapat membantu individu untuk cepat mengambil keputusan sebab mereka akan memproses informasi dengan cepat.
3.      Kreativitas
Orang yang mempunyai emosi positif biasanya lebih kreatif karena mereka akan terstimulus dengan adanya banyak ide di otak mereka. Para supervisor harus aktif menjaga suasana hati positif karyawannya agar para karyawan lebih kreatif.
4.      Motivasi
Suasana hati dan emosi penting di dalam motivasi.
5.      Kepemimpinan
Ketika para pemimpin yang efektif menginginkan perubahan-perubahan yang nyata maka mereka mengandalkan “pembangkitan, pembangunan, dan mobilisasi emosi.” (Ashforth dan Humphrey).
6.      Konflik Antarpersonal
Konflik antarpersonal adalah konflik yang timbul di antara rekan kerja. Sebenarnya keberhasilan seorang manajer di saat mencoba menyelesaikan konflik ditentukan oleh kemampuan untuk mengenali elemen emosional dalam konflik dan meminta pihak-pihak yang terlibat untuk mengendalikan emosi mereka.
7.      Negosiasi
Van kleef dkk (2004)  menunjukkan bahwa negosiator yang pura-pura marah mempunyai keunggulan terhadap lawan mereka. WHY? Sebab ketika negosiator menunjukkan kemarahan maka lawan akan menyimpulkan bahwa negosiator tersebut telah menyerahkan semua yang ia dapat dan dengan demikian lawan menyerah. Menunjukkan emosi negatif bisa saja berdampak efektif tetapi hal ini membuat penampilan Anda merugikan negosiasi-negosiasi Anda selanjutnya,
8.      Pelayanan Pelanggan
Keadaan emosional seorang pekerja mempengaruhi pelayanan terhadap pelanggan, biasanya berpengaruh terhadap tingkat pengulangan bisnis dan tingkat kepuasan pelanggan (Tsai and Huang, 2002).
            9.      Sikap Kerja
Ada ungkapan “jangan membawa masalah di tempat kerja ketika berada di rumah atau sebaliknya”. Tetapi kenyataannya ungkapan tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Orang-orang yang mempunyai suasana buruk di tempat kerja biasanya tetap membawanya ketika mereka berada di rumah. Mereka bisa jadi marah terhadap anggota keluarga di rumah walaupun anggota keluarga tersebut tidak memiliki masalah.
10.  Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Emosi-emosi yang negatif dapat berdampak terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja. Contohnya adalah iri hati, ketika kita iri karena teman kerja kita dipromosikan untuk menjadi direktur utama sedangkan kita tidak.
11.  Bagaimana Para Manajer Mempengaruhi Suasana Hati
Para manajer dapat menggunakan humor dan memberikan karyawan penghargaan kecil sebagai apresiasi terhadap pekerjaan yang sudah dilakukan dengan baik.
 

PERSONALITY
Menurut Allport Kepribadian atau Personality adalah organisasi yang dinamis dalam individu dari sistem psikofisikal yang menentukan penyesuaian uniknya terhadap lingkungan. Kepribadian sebagai keseluruhan jalan dimana suatu individu bertindak  dan berinteraksi dengan sesama.



The Big Five Personality Model
MBTI mungkin tidak mempunyai bukti pendukung yang kuat, tetapi  hasil penelitian mendukung thesis dari Big Five Model-yaitu lima dimensi dasar yang menutupi dan mengarahkan berbagai variasi dalam kepribadian manusia. The Big Five factors adalah sebagai berikut :
1.      Extraversion
Dimensi Extraversion menggambarkan tingkat kenyamanan kita dengan hubungan. Extraverts cenderung untuk lebih terbuka dan social sementara introverts lebih tertutup dan pendiam
2.      Agreeblenes
Dimensi Agreebleness mengacu pada penerimaan seseorang terhadap orang lain. Agreeable yang tinggi bberarti orang tersebut kooperatif, hangat,dan trusting. Sementara orang dengan agreeableness yang rendah cenderunantagonistic dan tidak setuju.
3.      Conscientiousness
Dimensi conscientiousness adalah ukuran dari ketahanan diri. Nilai yang tinggi berarti orang tersebutbertanggung jawab, terorganisasi, dapat diandalkan, dan tekun.
4.      Emotional Stability
Dimensi emotional stability menunjukkan kemampuan seseorang untuk menghadapi tekanan. Skor yang tinggi berarti tenang, percaya diri, dan aman.
5.      Opennes to Experience
Dimensi ini menunjukkan jangkauan dari ketertarikan dan kemenarikan akasn hal baru.
 
 



Other personality Traits Relevant to OB
1.      Self-Esteem
Tingkat dimana seseorang merasa nyaman akan dirinya dan kemampuannya
High:  menyebabkan seseorang merasa competent, confident dan capable.
Low: mempunyai opini yang rendah mengenai diri dan kemampuannya dan – sbg konsekwensinya – cenderung melalui penilaian dirinya sebagai orang yang kinerjanya di bawah standar.
2.      Core self-evaluation
Jika orang memiliki penilaian atau evaluasi terhadap dirinya positif, maka ia akan berperilaku positif juga, efektif dalam kerja , dan mampu mengendalikan lingkungan mereka.
3.      Machiavellianism
Machiavellianism (Mach)  dinamai oleh Niccolo Machiavelli, yang menulis pada abad keenam belas tentang bagaimana untuk mendapatkan dan menggunakan kekuasaan. Seseorang yang memiliki Machiavellianism tinggi, adalah seseorang yang pragmatis, mampu menjaga emosi, dan mampu menentukan cara.
4.      Narcissism
Seseorang yang memilki narsisme tinggi memiliki rasa  orang paling  penting, membutuhkan kekaguman berlebihan, memiliki rasa hak, dan sombong.

5.      Risk taking
Mengambil risiko mengacu pada kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku yang memiliki potensi untuk menjadi berbahaya , namun pada saat yang sama memberikan kesempatan untuk beberapa jenis hasil yang dapat dianggap sebagai positif.
6.      Proactive personality
Kepribadian Proaktif didasarkan pada pengamatan bahwa lingkungan secara bersama-sama ditentukan oleh kedua orang mempengaruhi situasi dan situasi yang mempengaruhi orang tersebut. Akibatnya, orang dan lingkungan yang terus berdampak satu sama lain yang menunjukkan bahwa individu tidak hanya penerima pasif menekan lingkungan tapi malah mengerahkan pengaruh atas lingkungan yang mereka huni.