Afeksi adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang
dialami seseorang. Afeksi merupakan sebuah konsep yang meliputi baik emosi
maupun suasana hati.
Emosi adalah perasaan-perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang
atau sesuatu.
Suasana Hati adalah
perasaan-perasaan yang cenderung kurang intens dibanding emosi dan seringkali
tanpa rangsangan kontektual.
Kumpulan Dasar Emosi
Rene
Descartes menyebutkan enam “nafsu sederhana dan primitive”, yaitu rasa kagum,
cinta, benci, hasrat, gembira, dan sedih. Namun beberapa peneliti berargumen
bahwa tidak masuk akal untuk memikirkan emosi-emosi dasar karna emosi lain yang
jarang kita alami juga dapat berpengaruh sangat kuat pada kita.
Dalam
penelitian kontemporer, psikolog telah mencoba mengidentifikasi emosi-emosi
dasar dengan mempelajari berbagai ekspresi wajah. Salah satu masalah dari
pendekatan ini adalah, beberapa emosi terlalu kompleks untuk diekspresikan
melalui wajah. Sedikit kemungkinan para psikolog atau filsuf akan bisa
sepenuhnya sependapat. Tetapi cukup banyak peneliti yang masih setuju pada enam
emosi dasar universal, bahkan mengurutkannya dalam sebuah rangkaian kesatuan,
yaitu bahagia, terkejut, takut, sedih, marah, benci. Semakin dekat dua emosi
terhadap emosi lainnya dalam rangkaian ini, semakin besar kemungkinan dapat
dibedakan.
Poin dari “Do Emotions Make Us Irrasional?”
1.
Mengekspresikan emosi
ke publik dapat merusak status sosial
2.
Emosi sangat penting
untuk pengambilan keputusan rasional
3.
Emosi membantu kita
memahami dunia di sekitar kita
Suasana Hati sebagai
Afek Positif dan Negatif
Salah
satu cara mengklasifikasikan emosi adalah berdasarkan apakah hal itu positif
atau negatif. Bila emosi dikategorikan menjadi dua kelompok positif dan
negatif, maka akan menjadi suasana hati. Sebab sekarang ini, emosi dipandang
lebih umum. Perhatikan Srtuktur Suasana Hati. Jadi kita bisa menganggap. Afek Positif sebagai sebuah dimensi
suasana hati yang terdiri atas emosi-emosi positif seperti kesenangan,
ketenangan diri, dan kegembiraan pada ujung tinggi dan kebosanan, kemalasan, dan
kelelahan pada ujung rendah. Afek Negatif adalah
sebuah dimensi suasana hati yang terdiri dari keggupan, stres, dan kegelisahan
pada ujung tinggi, serta relaksasi, ketenangan, dan keseimbangan pada ujung
rendah.
Sumber-sumber Emosi
dan Suasana Hati
a.
Kepribadian
Kepribadian memberi kecenderungan kepada orang untuk
mengalami suasana hati dan emosi tertentu. Beberapa orang mempunyai
kecenderungan untuk mengalami emosi apapun secara lebih intens. Orang-orang
seperti itu memiliki intensitas efek yang tinggi. Intensitas
Efek yaitu perbedaan individual dalam hal kekuatan dimana
individu-individu mengalami emosi mereka.
b.
Hari dalam Seminggu dan Waktu dalam Sehari
Sebagian besar orang berada di tempat kerja atau sekolah
pada hari Senin-Jum’at. Dengan demikian, sebagian besar orang akan memanfaatkan
akhir minggu untuk bersantai dan bersenang-senang. Berarti bahwa orang-orang
berada pada suasana hati terbaik di akhir minggu, dan orang-orang cenderung
berada dalam suasana hati terburuk di awal minggu.
c.
Cuaca
Banyak orang percaya bahwa suasana hati mereka berhubungan
dengan cuaca. Tetapi bukti menunjukkan bahwa cuaca memiliki sedikit pengaruh
terhadap suasana hati. Korelasi ilusif menjelaskan mengapa
orang-orang cenderung berpikir bahwa cuaca yang menyenangkan meningkatkan
suasana hati mereka. Korelasi ilusif merupakan kecenderungan
orang-orang untuk mengasosiasikan dua kejadian yang pada kenyataannya tidak
memiliki sebuah korelasi.
d.
Stres
Stress memengaruhi emosi dan suasana hati. Di tempat kerja,
kejadian sehari-hari yang menimbulkan stress, juga pengaruh dari stress yang
tertumpuk dari waktu ke waktu, secara negative memengaruhi suasana hati
karyawan. Tingkat stress dan ketegangan yang menumpuk di tempat kerja dapat
memperburuk suasana hati karyawan, sehingga menyebabkan mereka mengalami lebih
banyak emosi negatif. Walaupun kadang kita mencoba mengatasi stress, namun
sebenarnya stress mulai memengaruhi suasana hati kita.
e.
Aktivitas Sosial
Penelitian
mengungkapkan bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal, atau Epicurean (makan
bersama orang lain) lebih diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana
yang positif dibandingkan kejadian-kejadian formal.
f.
Tidur
Kualitas tidur
mempengaruhi suasana hati. Satu dari alasan mengapa tidur yang lebih sedikit,
atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk
karena hal tersebut memperburuk pengambilan keputusan dan membuatnya sulit
untuk mengontrol emosi.
g.
Olahraga
Penelitian
secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan suasana hati positif,
tetapi tampaknya berpengaruh kuat terhadap mereka yang mengalami depresi.
h.
Usia
Suatu
penelitian terhadap orang-orang yang berusia 18 hingga 94 tahun mengungkapkan
bahwa emosi negatif tampaknya semakin jarang terjadi seiring bertambahnya usia
seseorang. Bagi seseorang yang lebih tua, suasana hati positif yang tinggi
bertahan lebih lama dan suasana hati yang buruk menghilang dengan lebih cepat.
i.
Gender
Sudah menjadi
keyakinan umum bahwa wanita lebih menggunakan
perasaan mereka dibandingkan pria—bahwa mereka bereaksi lebih secara emosional
dan mampu membaca emosi orang lain dengan lebih baik.
Kerja Emosional
Kerja emosional adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang
diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat
kerja.
Emosi yang Dirasakan
versus Emosi yang Ditampilkan
Emosi
yang dirasakan adalah emosi sebenarnya dari seorang individu. Emosi yang
ditampilkan adalah emosi-emosi yang diharuskan secara organisasional dan dianggap
sesuai dalam sebuah pekerjaan tertentu. Berpura-pura dipermukaan adalah
menyembunyikan perasaan mendalam seseorang dan menghilangkan ekspresi-ekspresi
emosional sebagai respons terhadap aturan-aturan penampilan. Berpura-pura
secara mendalam adalah berusaha mengubah perasaan mendalam seseorang
berdasarkan aturan-aturan penampilan.
Teori Peristiwa
Afektif
Teori peristiwa afektif (AET) adalah sebuah model yang
menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa di tempat kerja menyebabkan reaksi-reaksi
emosional di bagian karyawan, yang kemudian mempengaruhi sikap dan perilaku di
tempat kerja.
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional berarti kemampuan seseorang
mendeteksi dan mengelola petunjuk-petunjuk serta informasi emosional.
Individu-individu yang memiliki kecerdasan emosional akan menjadi individu yang
efektif di dalam melakukan pekerjaan.
1. Kasus-kasus yang
Mendukung Kecerdasan Emosional
a.
Daya
tarik intuitif
Sebagian besar
orang setuju bahwa memiliki kecerdasan jalanan dan kecerdasan sosial itu bagus.
Jadi individu yang mampu mendeteksi emosi individu lain, mengendalikan emosinya
sendiri, dan menangani interaksi sosial dengan baik, merupakan individu yang
akan bertahan lama di dalam dunia bisnis. Contohnya: para rekanan dalam sebuah
perusahaan multinasional yang mempunyai nilai di atas rata-rata ukuran
kecerdasan emosional menghasilkan $1,2 juta lebih banyak dalam bisnis ketimbang
rekanan-rekanan lainnya.
b.
Kecerdasan
emosi meramalkan kriteria yang penting
Law dkk (2004)
menyatakan bahwa kecerdasan emosi dapat meramalkan kinerja karyawan dalam
sebuah pabrik rokok di Cina. Van Rooy and Viswesvaran (2004) membuktikan ada 59
penelitian mengindikasikan bahwa secara komprehensif kecerdasan emosi
berhubungan secara moderat dengan kinerja pekerjaan. Berdasarkan
penelitian-penelitian di atas maka memberikan bukti kuat bahwa kecerdasan emosi
tingkat tinggi mempengaruhi kinerja seseorang menjadi lebih baik dalam
pekerjaannya.
c.
Kecerdasan
emosi berbasis biologis
Penelitian yang
dilakukan oleh Bar-On dkk (2003) menunjukkan bahwa orang-orang dengan kerusakan
otak yang mengatur pemrosesan emosional memiliki nilai signifikansi yang rendah
pada tes kemampuan emosi. Kemampuan emosi berbasis secara neurologi yang tidak
berhubungan dengan ukuran-ukuran kecerdasan standar dan orang-orang yang
menderita kerusakan neurologi tersebut memiliki nilai rendah pada kecerdasan
emosi dan membuat keputusan yang lebih buruk dibandingkan orang-orang yang
mampu berpikir sehat.
2. Kasus-kasus
yang Menentang Kemampuan Emosi
a.
Kecerdasan
emosi merupakan konsep yang samar
Masih banyak
peneliti yang tidak jelas dengan maksud konsep kecerdasan emosi. Perbedaan
fokus peneliti menyebabkan sulitnya mendefinisikan kecerdasan emosi. Locke
(2005) menyatakan bahwa konsep kecerdasan emosi menjadi sangat luas dan
komponen-komponennya sangat beragam sehingga...hal tersebut bahkan bukan lagi
merupakan sebuah konsep kecerdasan
b.
Kecerdasan
emosi tidak dapat diukur
Banyak kritik
mengenai kecerdasan emosi dan menimbulkan pertanyaan tentang pengukuran
kecerdasan emosi. Misalnya, terdapat satu ukuran meminta Anda untuk
mengasosiasikan perasaan tertentu dengan warna tertentu, seperti warna hijau
selalu membuat kita merasa sejuk, bukan merasa marah. Conte (2005) menyatakan
bahwa ukuran-ukuran kecerdasan emosi sangat bervariasi dan para peneliti belum
menjadikan hal ini sebagai subjek penelitian yang diteliti seperti ketika
mengukur kepribadian dan kecerdasan umum.
c.
Validitas
kecerdasan emosi masih dipertanyakan
Decker (2003)
menyatakan bahwa kecerdasan emosi sangat berhubungan dengan ukuran-ukuran
kepribadian, khususnya stabilitas emosional. Namun belum ada cukup
riset mengenai apakah kecerdasan emosi menambah wawasan melampaui
ukuran-ukuran kepribadian dan kecerdasan umum dalam meramalkan kinerja pada
pekerjaan.
Aplikasi-Aplikasi Perilaku Organisasi
Terhadap Emosi Dan Suasana Hati
1. Seleksi
Ada satu bukti
kecerdasan emosi bahwa para pemberi kerja harus mempertimbangkan kecerdasan
emosi sebagai salah satu faktor dalam proses perekrutan karyawan. Contohnya angkatan udara di USA. Ditemukan bahwa para perekrut terbaik
mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi. Calon yang direkrut jika mempunyai
kecerdasan emosi tinggi kemungkinan 2,6 kali lebih berhasil ketimbang yang
tidak mempunyai kecerdasan emosi atau kecerdasan emosinya rendah (Spencer, dkk,
1997).
2. Pengambilan
Keputusan
Sekarang ini juga terdapat bukti bahwa orang yang tertekan akan
membuat keputusan yang lebih buruk daripada orang yang tidak tertekan. Sebab
orang yang tertekan akan lebih lambat dalam memproses informasi dan cenderung
mempertimbangkan semua pilihan yang ada daripada pilihan yang sangat mungkin
diambil (Ambady dan Gray, 2002). Emosi yang positif dapat membantu individu
untuk cepat mengambil keputusan sebab mereka akan memproses informasi dengan
cepat.
3. Kreativitas
Orang yang
mempunyai emosi positif biasanya lebih kreatif karena mereka akan terstimulus
dengan adanya banyak ide di otak mereka. Para supervisor harus aktif menjaga
suasana hati positif karyawannya agar para karyawan lebih kreatif.
4. Motivasi
Suasana hati
dan emosi penting di dalam motivasi.
5. Kepemimpinan
Ketika para
pemimpin yang efektif menginginkan perubahan-perubahan yang nyata maka mereka
mengandalkan “pembangkitan, pembangunan, dan mobilisasi emosi.” (Ashforth dan
Humphrey).
6. Konflik
Antarpersonal
Konflik
antarpersonal adalah konflik yang timbul di antara rekan kerja. Sebenarnya
keberhasilan seorang manajer di saat mencoba menyelesaikan konflik ditentukan oleh
kemampuan untuk mengenali elemen emosional dalam konflik dan meminta
pihak-pihak yang terlibat untuk mengendalikan emosi mereka.
7. Negosiasi
Van kleef dkk
(2004) menunjukkan bahwa negosiator yang pura-pura marah mempunyai
keunggulan terhadap lawan mereka. WHY? Sebab ketika negosiator
menunjukkan kemarahan maka lawan akan menyimpulkan bahwa negosiator tersebut
telah menyerahkan semua yang ia dapat dan dengan demikian lawan menyerah.
Menunjukkan emosi negatif bisa saja berdampak efektif tetapi hal ini membuat
penampilan Anda merugikan negosiasi-negosiasi Anda selanjutnya,
8. Pelayanan
Pelanggan
Keadaan
emosional seorang pekerja mempengaruhi pelayanan terhadap pelanggan, biasanya
berpengaruh terhadap tingkat pengulangan bisnis dan tingkat kepuasan pelanggan
(Tsai and Huang, 2002).
9. Sikap
Kerja
Ada ungkapan
“jangan membawa masalah di tempat kerja ketika berada di rumah atau
sebaliknya”. Tetapi kenyataannya ungkapan tersebut sangat sulit untuk
dilakukan. Orang-orang yang mempunyai suasana buruk di tempat kerja biasanya
tetap membawanya ketika mereka berada di rumah. Mereka bisa jadi marah terhadap
anggota keluarga di rumah walaupun anggota keluarga tersebut tidak memiliki
masalah.
10. Perilaku
Menyimpang di Tempat Kerja
Emosi-emosi yang
negatif dapat berdampak terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja. Contohnya
adalah iri hati, ketika kita iri karena teman kerja kita dipromosikan untuk
menjadi direktur utama sedangkan kita tidak.
11. Bagaimana
Para Manajer Mempengaruhi Suasana Hati
Para manajer
dapat menggunakan humor dan memberikan karyawan penghargaan kecil sebagai
apresiasi terhadap pekerjaan yang sudah dilakukan dengan baik.
PERSONALITY
Menurut Allport Kepribadian atau
Personality adalah organisasi yang dinamis dalam individu dari sistem
psikofisikal yang menentukan penyesuaian uniknya terhadap lingkungan.
Kepribadian sebagai keseluruhan jalan dimana suatu individu bertindak dan berinteraksi dengan sesama.
The Big Five Personality Model
MBTI mungkin tidak mempunyai
bukti pendukung yang kuat, tetapi hasil
penelitian mendukung thesis dari Big Five Model-yaitu lima dimensi dasar yang
menutupi dan mengarahkan berbagai variasi dalam kepribadian manusia. The Big
Five factors adalah sebagai berikut :
1.
Extraversion
Dimensi
Extraversion menggambarkan tingkat kenyamanan kita dengan hubungan. Extraverts
cenderung untuk lebih terbuka dan social sementara introverts lebih tertutup
dan pendiam
2.
Agreeblenes
Dimensi
Agreebleness mengacu pada penerimaan seseorang terhadap orang lain. Agreeable
yang tinggi bberarti orang tersebut kooperatif, hangat,dan trusting. Sementara orang dengan agreeableness yang rendah
cenderunantagonistic dan tidak setuju.
3.
Conscientiousness
Dimensi conscientiousness
adalah ukuran dari ketahanan diri. Nilai yang tinggi berarti orang
tersebutbertanggung jawab, terorganisasi, dapat diandalkan, dan tekun.
4.
Emotional
Stability
Dimensi
emotional stability menunjukkan kemampuan seseorang untuk menghadapi tekanan.
Skor yang tinggi berarti tenang, percaya diri, dan aman.
5.
Opennes
to Experience
Dimensi ini
menunjukkan jangkauan dari ketertarikan dan kemenarikan akasn hal baru.
Other personality Traits Relevant to OB
1.
Self-Esteem
Tingkat dimana
seseorang merasa nyaman akan dirinya dan kemampuannya
High: menyebabkan seseorang merasa competent,
confident dan capable.
Low: mempunyai
opini yang rendah mengenai diri dan kemampuannya dan – sbg konsekwensinya –
cenderung melalui penilaian dirinya sebagai orang yang kinerjanya di bawah
standar.
2.
Core
self-evaluation
Jika orang
memiliki penilaian atau evaluasi terhadap dirinya positif, maka ia akan
berperilaku positif juga, efektif dalam kerja , dan mampu mengendalikan
lingkungan mereka.
3.
Machiavellianism
Machiavellianism
(Mach) dinamai oleh Niccolo Machiavelli,
yang menulis pada abad keenam belas tentang bagaimana untuk mendapatkan dan
menggunakan kekuasaan. Seseorang yang memiliki Machiavellianism tinggi, adalah
seseorang yang pragmatis, mampu menjaga emosi, dan mampu menentukan cara.
4.
Narcissism
Seseorang yang
memilki narsisme tinggi memiliki rasa
orang paling penting, membutuhkan
kekaguman berlebihan, memiliki rasa hak, dan sombong.
5.
Risk
taking
Mengambil risiko
mengacu pada kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku yang memiliki potensi
untuk menjadi berbahaya , namun pada saat yang sama memberikan kesempatan untuk
beberapa jenis hasil yang dapat dianggap sebagai positif.
6.
Proactive
personality
Kepribadian
Proaktif didasarkan pada pengamatan bahwa lingkungan secara bersama-sama
ditentukan oleh kedua orang mempengaruhi situasi dan situasi yang mempengaruhi
orang tersebut. Akibatnya, orang dan lingkungan yang terus berdampak satu sama
lain yang menunjukkan bahwa individu tidak hanya penerima pasif menekan
lingkungan tapi malah mengerahkan pengaruh atas lingkungan yang mereka huni.