Value
Value
atau nilai adalah dasar dari sikap seseorang. Value memiliki 3buah komponen,
apa saja itu? Yang pertama adalah cognitive, yaitu pendeskripsian atau penilai
terhadap suatu kondisi, seberapa besar tingkat pemahaman seseorang terhadap
sesuatu (nilai), contoh: adanya kepercayaan bahwa diskriminasi itu adalah
salah, lalu yang kedua adalah affective, yaitu perilaku yang dilakukan oleh
seseorang dan dapat mempengaruhi emosi dan perasaan, contoh: saya tidak menyukai
Andi karena diskriminasi minoritas, dan yang ketiga adalah behavior, yaitu keinginan
untuk bertindak terhadap seseorang atau sesuatu, gabungan dari cognitive dan
affective, contoh: saya lebih baik menghindari Andi karena perasaan saya
terhadap dia. Value dibagi menjadi 2 jenis, yaitu terminal dan instrument. Terminal
adalah nilai-nilai yang substansi yang ingin dicapai oleh semua orang, lebih
mengarah kepada tujuan yang bersifat umum, contohnya semua orang ingin
mendapatkan kesuksesan, semua orang ingin berbahagia, dan banyak lagi.
Sedangkan instrument adalah nilai-nilai atau cara-cara yang dilakukan untuk
mencapai nilai terminal, cara-cara tersebut berbeda untuk masing-masing
pribadi, nilai ini lebih mengarah pada pribadi individu, contohnya seperti motivasi,
kerja keras, tekun, dan lainnya.
Berikut ini ada 5 dimensi culture
menurut Hofstede’s, pertama Power Distance yaitu mendeskripsikan tingkatan
dimana masyarakat menerima kekuatan dalam institusi dan organisasi
didistribusikan tidak sama, kedua Individual Vs Collectivism yaitu mendeskripsikan
tingkatan dimana orang lebih suka bertindak sebagai individu daripada sebagai
kelompok. Kolektivisme menunjukkan sifat kultur nasional yang mendeskripsikan
kerangka social yang kuat dimana individu mengharap orang lain dalam kelompok
mereka untuk menjaga dan melindungi mereka, ketiga Uncertainty Avoidance adalah
tingkatan dimana individu dalam suatu negara lebih memilih situasi terstruktur
dibandingkan tidak tersetruktur, keempat Long Term Vs Short Term Poin ini
berfokus pada tingkatan ketaatan jangka panjang masyarakat terhadap nilai-nilai
tradisional. Individu dalam kultur orientasi jangka panjang melihat bahwa ke
masa depan dan menghargai penghematan, ketekunan dan tradisi, dan yang terakhir
Quantitive Vs Quality of Life yang mengarah lebih kepada individual dan lebih
mengutamakan quantity daripada quality.
Attitudes
Selanjutnya kita akan membahas
tentang attitudes, attitudes adalah perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh
beberapa hal dan lama kelamaan menjadi kebiasaan.
Efek dari cognitive dissonance
adalah ketidaksesuian antara dua sikap atau lebih atau antara sikap dan
perilaku. Contohnya, Tuan A merasa bahwa tingkat upah diperusahaannya terlalu
rendah, apakah dengan naiknya tingkat upah akan membuat Tuan Andi bekerja lebih
keras? Jawabannya cukup rumit antara ya dan tidak.
Job Satisfaction
Berikut ini kami berikan
cara-cara untuk mengukur Job Satisfaction:
1 - Menanyakan
kepada karyawan secara ruitn tentang seberapa puas mereka dengan perkerjaan
yang mereka jalani. Pengukuran ini biasanya menggunakan ukuran 1 sampai 5
2 - Mengidentifikasi
poin-poin yang mempengaruhi kepuasan pekerja seperti teman, keluarga, dan
lain-lain yang disusun dalam bentuk ranking.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja adalah pelatihan, variasi, kebebasan, control, lingkungan, dan
gaji.
Dampak kepuasan dan ketidakpuasan
karyawan terhadap perkerjaannya ada 4 tipe, yaitu exit, voice, royalty, dan
neglect. Exit bersifat aktif dan merusak,perilaku yang mengarah pada
meninggalkan organisasi; voice bersifat aktif dan membangun memcoba memperbaiki
kondisi, membahas masalah-masalah dengan atasan; loyalty bersifat pasif dan
membangun,seperti berbicara membela organisasi menghadapi kritik dari luar dan
percaya bahwa keputusan yang diambil adalah tepat; dan neglect bersifat pasif
dan merusak, upaya dikurangan dan perselisihan semakin meningkat, contohnya
pemalas, suka membantah, datang ke kantor selalu telat.
Hubungan kepuasan kerja dengan
aspek lainnya:
Job Satisfaction and Perform,
adalah hubungan antara kepuasan kerja karyawan dengan performa kinerja
karyawan, hal ini bisa didukung dengan missal para manager secara potensial
meningkatkan motivasi para karyawan melalui berbagai usaha untuk meningkatkan
kepuasan kerja;
Job Satisfaction and OCB, adalah Kepuasan
kerja dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi perilaku ekstra peran
(OCB);
Job Satisfaction and Customer
Satisfaction, terjadi jika seorang karyawan merasa puas dengan perkerjaan yang
diperolehnya maka ia akan bekerja atau melayani dengan baik;
Job Satisfaction and Absenteeism,
contohnya seorang karyawan merasa tidak puas pekerjaan yang dijalaninya dan ia
mendapatkan tawaran pekerjaan ditempat lain, maka karyawan tersebut sering
bolos masuk kerja;
Job Satisfaction and Turnover,
karyawan merasa tidak puas dengan pekerjaannya dan perusahaan meningkatkan
turnover karyawan;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar